Kamis, 28 Mei 2015

Video Kemampuan Berbicara Tugas Mata Kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Hasil Wawancara Mata Kuliah Pendidikan Religiusitas Anak



MAKALAH HASIL WAWANCARA PENDIDIKAN RELIGIUSITAS ANAK
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Religiusitas Anak
Dosen Pengampu : Dra. Ignatia Esti Sumarah., M. Hum.





Disusun Oleh:
1.      Christina Nunik Puspitasari                        131134003
2.      Vinsensia Daviga                                           131134008
3.      Yohana Rina Kurniasari                              131134015
4.      Natalia Runi Astuti                                       131134022
5.      Yohanes Sigit Tri Wahyudi                          131134036
Kelompok Katolik 4 Kelas 4A




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015




BAB I
KATA PENGANTAR

Kuliah Pendidikan Religiusitas Anak bertujuan untuk membekali mahasiswa mencapai kompetensi pendidikan religiusitas anak SD yang berkaitan dengan konteks hidup keberagaman. Untuk mencapai kompetensi tersebut, mahasiswa perlu memahami hakikat religiusitas, tahap-tahap perkembangan religiusitas anak, merancang desain pendidikan religiusitas anak dalam konteks pendidikan karakter untuk di sekolah maupun di luar sekolah (seperti TPA atau sekolah minggu), melaksanakan pembelajarannya, dan mengevaluasi proses serta hasilnya. Dengan mengerti dan memahami dasar religiusitas yakni Allah sendiri, manusia senantiasa berbuat segala sesuatu yang diperlukan untuk menjadi manusia yang lebih baik dan mampu memberi jasa yang lebih banyak serta lebih bermutu kepada sesama dan masyarakatnya. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui profesi yang ditekuni dan dengan sepenuh hati dijalani demi kemuliaan Allah dan kebahagiaan sesama.
Dalam rangka menyiapkan pribadi pendidik seperti yang dipaparkan di atas, maka kami akan belajar dari guru agama yang mengajar di sekolah dasar. Tujuan kami melakukan pembelajaran dari lingkungan tersebut adalah untuk melihat kekuatan dan ketulusan dari seorang guru agama dalam mewartakan kabar gembira tentang Allah. Oleh sebab itu, kami akan menayakan beberapa hal terkait dengan religiusitas. Pertanyaan yang kami ajukan berguna untuk mengetahui pengalaman religiusitas dari seorang guru religiusitas dalam menghayati Allah di dalam hidupnya, bahkan menjadi dasar dan semangat untuk menjadi seorang guru religiusitas. Kami juga menanyakan hal lainnya, yakni nilai apa yang paling mendesak untuk diajarkan kepada anak-anak di sekolah dasar yang berkaitan dengan hidup beragama di dalam masyarakat.
Oleh karena beberapa hal penting di atas, maka kelompok kami telah melakukan wawancara kepada Bapak Yulius Suwantoro. Beliau selaku guru agama kelas atas di SD Kanisius Johanes Bosco Baciro. Wawancara tersebut telah terlaksana pada hari Rabu tanggal 18 Maret 2015. Adapun hasil wawancara akan kami uraikan dalam makalah kami ini.


BAB II
PEMBAHASAN
DESKRIPSI BAPAK YULIUS S.
Description: IMG_20150321_153909.jpg            Narasumber kami adalah seorang guru agama katolik yang bekerja di SD Kanisius Baciro. Beliau adalah Bapak Yulius S. Bapak Yulius pada tahun ini berusia 26 tahun dan memiliki seorang istri. Bapak Yulius memiliki latar belakang pendidikan Agama Katolik. Beliau adalah alumni dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sebelum bekerja di SD Kanisius Baciro, beliau telah menjadi guru agama katolik di SMP Kanisius Baciro. Di SD Kanisius Baciro ini beliau sudah bekerja selama 1 tahun dan beliau mengampu di kelas 4, 5, dan 6.
a.         Pengalaman Religiusitas
Bapak Yulius bercerita kepada kami mengenai salah satu pengalaman di dalam hidupnya di mana beliau merasa dikuatkan oleh Tuhan. Pengalaman tersebut dialami oleh Bapak Yulius setelah beliau menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA. Pada saat itu Bapak Yulius merasa bimbang akan keputusan yang harus dipilih, apakah akan bekerja atau melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Jika beliau memilih untuk bekerja, kemungkinannya kecil akan diterima karena beliau hanya lulusan SMA. Sedangkan kalau beliau mendaftar kuliah, beliau juga tidak tahu akan mendaftar di universitas mana. Kebimbangan yang Bapak Yulius rasakan, tidak membuat beliau putus asa. Beliau menyerahkan semuanya kepada Tuhan untuk meminta petunjuk.
Hingga suatu hari petunjuk itu datang melalui temannya. Teman Bapak Yulius memberikan saran untuk mendaftar ke Universitas Sanata Dharma yang saat itu membuka pendaftaran untuk gelombang ketiga. Segeralah beliau mengurus persyaratan untuk mendaftar. Namun beliau mengalami kebimbangan kembali ketika harus memilih program studi yang akan dipilih. Kemudian beliau mencoba meminta saran kepada kedua orang tuanya mengenai program studi yang sebaiknya beliau pilih. Saat sedang berdiskusi dengan orang tuanya, tidak tahu mengapa Bapak Yulius ingin mendaftar ke program studi Pendidikan Agama Katolik. Hal itu dirasakan oleh Bapak Yulius ketika mengingat akan jawaban-jawaban yang diberikan oleh Tuhan akan kebimbangan yang selama ini beliau rasakan. Selain itu juga dikarenakan latar belakang keluarga Bapak Yulius adalah guru agama. Berdasarkan beberapa alasan tersebut, Bapak Yulius memantapkan diri untuk memilih program studi Pendidikan Agama Katolik di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b.      Tujuan berdoa
Tujuan Bapak Yulius berdoa yaitu untuk mencari ketenangan dan ditunjukkan hal-hal yang positif. Di mana dalam doa tersebut, beliau meminta kebijaksanaan. Terlihat pada saat beliau meminta petunjuk untuk memilih bekerja atau melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Hingga jawaban itu disampaikan melalui temannya.

c.       Pengahayatan Allah Maha Adil dan Maha Rahim
Bagi Bapak Yulius, Allah itu maha segalanya dan Allah itu orang tuanya. Allah maha segalanya yaitu Allah yang maha rahim, maha adil, maha kuasa, dan maha bijaksana. Sedangkan Allah adalah orang tua yaitu yang selalu membimbing anak-anaknya menuju jalan kebenaran.

d.      Nilai yang paling mendesak untuk diajarkan kepada siswa
Menurut Bapak Yulius, nilai yang paling penting dan mendesak untuk diajarkan kepada para siswa adalah nilai kejujuran. Di mana saat ini Indonesia krisis kejujuran, terlihat  pada banyaknya aparat-aparat negara yang melakukan tindak korupsi. Diharapkan dengan menanamkan nilai kejujuran itu, tindakan korupsi semakin berkurang dan tidak ada lagi tindakan korupsi di negara ini.

e.       Tokoh/Ajaran agama yang berisikan nilai ajaran
Ajaran agama yang dapat membantu untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran tersebut yaitu sepuluh perintah Allah. Terutama perintah kedelapan yang berbunyi “Jangan bersaksi dusta mengenai sesamamu”. Diharapkan dengan diajarkan nilai-nilai yang terdapat dalam sepuluh perintah Allah, siswa dapat menerapkan nilai-nilai tersebut di dalam kehidupan mereka.
f.       Media yang digunakan untuk mengajarkan nilai tersebut
Media yang dianjurkan oleh Bapak Yulius untuk mengajarkan nilai kejujuran tersebut yaitu menggunakan bahan sterofoam. Sepuluh perintah Allah tersebut ditempelkan di atas sterofoam, lalu dihias sekreatif mungkin. Melalui media kreatif yang disarankan oleh Bapak Yulius, diharapkan dapat menarik minat siswa untuk belajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam sepuluh perintah Allah, khususnya nilai kejujuran.






BAB III
RANGKUMAN


Rangkuman Wawancara:   
Ø  Pengalaman Religius dari seorang Pak Yulius adalah bagaimana beliau dapat memustuskan suatu hal yang sangat berkaitan erat dengan masa depan. Beliau menemukan jawaban disaat kebimbangannya melalui temannya. Sungguh peristiwa yang memang sulit untuk diduga, seseorang menerima jawaban dari suatu masalah melalui banyak cara. Tuhan punya rencana bagi setiap manusia, tinggal manusialah yang melanjutkan rencana Tuhan tersebut.
Ø  Pak Yulius memiliki tujuan berdoa yaitu untuk mendapatkan ketenangan dari setiap masalah yang menimpa dirinya sehingga dengan ketenangan yang dialaminya Pak Yulius akan mendapatkan kebijaksanaan dalam mengambil suatu keputusan atau tindakan.
Ø  Penghayatan akan Allah menurut Pak Yulius adalah bahwa Allah merupakan Maha segalanya, yaitu Maha Adil, Maha Kuasa, Maha Rahim, dan Maha Bijaksana.
Ø  Nilai yang paling relevan atau cocok untuk diajarkan kepada anak pada generasi saat ini adalah yang berkaitan dengan nilai kejujuran.
Ø  Nilai Kejujuran tersebut dipelajari atau dimaknai melalui Sepuluhb  Perintah Allah.
Ø  Media yang digunakan yaitu dengan menggunakan sterofoam, spidol, kertas warna-warni, dan lem. Anak-anak diajak untuk membuat sebuah karya yang memuat Sepuluh Perintah Allah dengan ide sekreatif mungkin.

Rencana Simulasi:
Berdasarkan hasil dari wawancara yang telah kelompok kami lakukan dengan narasumber Bapak Yulius seorang Guru Agama Katolik di SD Kanisius Baciro atau Johannes Bosco. Kelompok kami akan mengajarkan materi tentang “Nilai Kejujuran” melalui Sepuluh Perintah Allah. Karena kelompok kami melihat bahwa nilai kejujuran pada zaman ini sudah mulai luntur atau bahkan tidak terlihat. Hal tersebut juga terinspirasi dari jawaban yang diberikan oleh Pak Yulius kepada kelompok kami yaitu pertanyaan tentang “Nilai atau ajaran apa yang cocok atau relevan diajarkan kepada anak-anak generasi saat ini?”. Beliau menjawab bahwa nilai yang cocok atau relevan diajarkan pada anak-anak generasi saat ini adalah nilai kejujuran. Di mana bangsa Indonesia saat ini terjadi krisis kejujuran disegala aspek bidang kehidupan. Bahkan para pemimpin atau petinggi dalam pemerintahan yang seharusnya menjadi panutan atau teladan rakyat  dan melayani rakyat namun malah merugikan rakyat dengan tindakan korupsi yang sangat merugikan negara serta rakyat. Sungguh situasi yang sangat memprihatinkan terjadi di Indonesia saat ini.
            Oleh karena hal itu kelompok kami mengambil materi yang akan disimulasikan yaitu materi tentang nilai kejujuran. Materi tersebut akan kelompok kami bahas melalui Sepuluh Perintah Allah, karena dalam Sepuluh Perintah Allah tersebut terdapat nilai Kejujuran yang pantas untuk diimplemetasikan ke dalam kehidupan setiap manusia. Dalam Sepuluh Perintah Allah tersebut kita diajak untuk lebih jujur terhadap diri sendiri, kepada Tuhan, dan sesama kita.
            Media yang akan kami pakai dalam mengajarkan materi tersebut adalah dengan menggunakan sterofoam, kertas warna-warni, lem dan spidol. Melalui alat-alat tersebut kelompok kami akan mengajak anak-anak untuk membuat sebuah karya yang kreatif yaitu tentang isi Sepuluh Perintah Allah yang dibuat dengan menggunakan bahan-bahan dan alat tersebut agar menjadi sebuah karya yang kreatif. Anak-anak diajak untuk dapat membuat karya yang kreatif berdasarkan ide yang ada dalam pikirannya.
            Melalui papan Sepuluh Perintah Allah (media) tersebut diharapkan anak-anak akan lebih mudah dalam mengingat isi dari Sepuluh Perintah Allah, karena dengan hiasan-hiasan yang ada akan menambah daya tarik bagi anak untuk terus membaca sehingga secara tidak sadar nantinya anak akan memaknai arti dari setiap butir perintah yang ada dalam Sepuluh Perintah Allah. Setelah mengerti makna dari Sepuluh Perintah Allah tersebut anak tentu akan dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-harinya. Segala tindakan yang akan dilakukan tentu akan berpedoman dari isi Sepuluh Perintah Allah.







Lampiran Gambar Hasil Wawancara:

Dari sebelah kiri: Natalia Runi Astuti, Yohana Rina Kurniasari, Christina Nunik Puspitasari, Bapak Yulius, Vinsensia Daviga, dan Yohanes Sigit Tri Wahyudi
(Kelompok Katolik 4)

Analisis Perbedaan materi Kelas 1 SD Semester 2 pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan Kurikulum 2013



Paper Presentasi

Mata Kuliah Pendidikan IPS

“Analisis Perbedaan Materi Kelas 1 SD Semester 2 pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dengan Kurikulum 2013”

Dosen Pengampu: Rusmawan, S.Pd., M.Pd.



Kelompok 1/2:
Yohanes Sigit Tri Wahyudi (131134036)
Rahmawati Suharno             (131134055)
Widi Astuti                          (131134208)
Apri Mariana                        (131134246)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
Kurikulum 2013
PPKn
3.1 Mengenal simbol-simbol sila Pancasila dalam lambang “Garuda Pncasila” Pancasila.
3.3 Mengenal keberagaman karateristik individu di rumah dan di sekolah.
3.4 Mengenal arti bersatu dalam keberagaman di rumah dan sekolah.
4.1 Mengamati dan menceritakan perilaku di sekitar rumah dan sekolah dan mengkaitkannya   
      dengan pengenalannya terhadap salah satu simbol sila Pancasila.
4.3 Mengamati serta menceritakan kebersamaan dalam keberagaman di rumah dan sekolah
4.4 Mengamati dan  menceriterakan keberagaman karakteristik individu di rumah dan
      sekolah

Bahasa Indonesia
4.4 Menyampaikan teks cerita diri atau personal tentang keluarga secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis  yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian

SBDP
3.5 Mengenal karya seni budaya benda dan bahasa daerah setempat
4.1 Menceritakan karya seni budaya benda dan bahasa daerah setempat


KTSP 2006:
Standar Kompetensi   : Mendeskripsikan lingkungan rumah
Kompetensi Dasar       : 2.1 Menceritakan kembali peristiwa penting yang dialami sendiri di lingkungan keluarga.
                                    2.2 Mendeskripsikan letak rumah
                                    2.3 Menjelaskan lingkungan rumah sehat dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah.





Analisis

Kurikulum 2013:
Materi dalam kurikulum 2013 memuat materi tentang lambang Pancasila (simbol dan perilaku yang mencerminkan setiap simbol dalam Pancasila), kebersamaan dalam keberagaman karakteristik setiap individu dalam lingkungan, mengenal karya seni dan bahasa daerah setempat.

KTSP 2006
Materi dalam KTSP 2006 memuat materi tentang peristiwa masa lalu yang pernah dialami peserta didik, denah rumah, lingkungan rumah sehat dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah.

Perbedaan
Setelah kami membaca, memahami, dan membedah SK dan KD dari setiap kurikulum kami dapat meyimpulkan bahwa dari masing-masing kurikulum tersebut kami menemukan beberapa perbedaan. Terdapat materi KTSP yang tidak tercantum dalam kurikulum 2013.
KTSP
Kurikulum 2013
peristiwa masa lalu yang pernah dialami peserta didik
lambang Pancasila (simbol dan perilaku yang mencerminkan setiap simbol dalam Pancasila)
denah rumah
kebersamaan dalam keberagaman karakteristik setiap individu dalam lingkungan
lingkungan rumah sehat dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah
mengenal karya seni dan bahasa daerah setempat

Dari perbedaan tersebut kami dapat menyimpulkan bahwa pada KTSP hanya mempelajari gambaran secara umumnya saja. Sedangkan pada kurikulum 2013 materi yang dipelajari lebih mendalam dan detail. Oleh karena itu, kelompok kami berargumen kurikulum 2013 itu merupakan kelanjutan dari materi KTSP yang dipelajari lebih mendalam dan kurikulum 2013 melibatkan semua objek yang terdapat di lingkungan sekitar, sehingga menurut kelompok kami kurikulum 2013 lebih efektif untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah.