Kamis, 28 Mei 2015

Permainan Tradisional (Pathok Lele)



Album Permainan Tradisional Anak
Mata Kuliah Permainan Anak (PDW2336)

Permainan Pathok Lele Sebagai Sarana Untuk Meningkatkan Ketangkasan Anak dan Kecerdasan Intrapersonal

Oleh:

  Yohanes Sigit Tri Wahyudi (131134036)
Septri Anggreani Timaria  (131134180)
Desti Listyaningsih              (131134186)
Rosaliana Wahyu S. Dewi  (131134189)


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2014

1.      Latar Belakang Pengembangan Permainan
Bermain merupakan sebuah kegiatan yang sangat akrab dengan kehidupan manusia khususnya anak-anak, karena dengan bermain anak dapat mengekspresikan diri serta dapat mengeksplor pengetahuan, potensi serta kreativitas dalam diri anak. Melalui permainan pula sikap dan kepribadian anak akan terbentuk.
Permainan tradisional adalah aktivitas yang dilakukan secara spontan, tanpa paksaan, tanpa didesak oleh rasa tanggung jawab ataupun tertentu, mendatangkan rasa gembira, dalam suasana yang menyenangkan berdasarkan tradisi yang ada dilingkungan, biasanya dilakukan dengan menggunakan bahasa daerah. Banyak orang bilang, masa anak-anak adalah masa paling indah, masa penuh ceria bersama teman-teman sebaya. Bermain, bercanda, tertawa, berekspresi bebas, menikmati indahnya dunia ala anak-anak tanpa intrik dan tipu muslihat. Polos, jujur, lugu, apa adanya, tanpa rekayasa. Dunia anak-anak bak surga dalam siklus kehidupan manusia. Indah untuk dikenang, namun sayang tak bisa diulang.
Di Era Globalisasi ini, permainan tradisional hampir tidak dikenal lagi oleh anak-anak karena mulai  tergeser oleh permainan modern yang lebih canggih dan menarik. Anak lebih sibuk sendiri dengan gadget, laptop dan alat-alat elektronik lainnya yang membuat anak individualistis dan tidak mau bersosialisasi dengan teman-temannya. Hal tersebut juga menyebabkan  kesenjangan sosial, misalnya anak yang berasal dari kalangan ekonomi atas akan bermain dengan anak-anak yang sederajat yang mempunyai alat-alat elektronik dan permainan-permainan modern terbaru. Berbeda dengan anak yang berasal dari ekonomi bawah, mereka belum tentu bisa memiliki alat-alat yang canggih berisikan permainan-permainan modern.
Hal itu sangat memprihatinkan, ketika anak diminta untuk menyebutkan macam-macam permainan tradisional anak merasa kesulitan bahkan hampir tidak mengetahui berbagai macam permainannya. Mereka buta akan pengetahuan permainan tradisional, padahal permainan tradisional sangat membantu anak untuk bersosial, berinteraksi serta memiliki teman yang lebih banyak. Meskipun di daerah pedesaan kita masih sering menemukan anak-anak bersama teman-temannya, tetapi bukan untuk bermain permainan tradisional. Mereka justru akan memilih untuk bermain playstation, ke warung internet, atau hanya nongkrong di pinggir jalan. Kita tidak akan menemui anak-anak yang sedang bermain petak umpet, kelereng, dakon, dll. Seharusnya anak-anak lah yang semestinya melestarikan permainan-permainan warisan nenek moyang pada zaman dahulu.
Kelompok kami memilih permainan tradisional pathok lele/benthik karena permainan ini mengutamakan kerjasama antar siswa, mengasah keterampilan dan ketangkasan serta  melatih motorik anak. Kami melihat  bahwa anak-anak zaman sekarang lebih cenderung asik dengan dunianya sendiri sehingga interaksi sosialnya dengan teman sebaya sangat kurang. Maka dari itu kami ingin memperkenalkan kembali permainan tradisional patok lele yang dapat memacu anak untuk bersosialisasi dan bekerja sama dengan teman lain. Permainan ini akan dimodifikasi dengan menambahkan soal dari beberapa mata pelajaran sebagai sarana belajar agar anak tidak merasa bosan. Kami berharap dengan adanya permainan tradisional ini materi pelajaran akan lebih mudah tersampaikan dan anak merasa senang dalam belajar tanpa rasa terpaksa. Melalui permainan tradisional ini pula anak juga nantinya akan mengetahui beraneka ragam permainan tradisional yang mungkin selama ini hampir dilupakan dan sama sekali tidak dimainkan oleh anak zaman sekarang.

2.      Deskripsi Permainan
Permainan tradisional Pathok Lele merupakan permainan masyarakat kampar yang juga populer dibeberapa wilayah di Indonesia termasuk Sumatera Barat. Permainan ini berkembang di daerah lampung yang berasal dari bahasa Sunda berarti memukul  lele. Lele mempunyai kepala agak keras sedang di samping kiri dan kanan ada sejenis tajil. Jadi sebelum dijadikan lauk-pauk terlebih dahulu dengan jalan memukul/mematok kepala ikan itu. Timbul inspirasi masyarakat untuk menciptakan permainan patok lele ini. Permainan ini dilakukan oleh anak remaja maupun orang dewasa, baik laki-laki atau perempuan biasanya lebih dominan dilakukan anak laki-laki. Permainan ini dilakukan untuk mengisi waktu senggang. Permainan ini sudah ada sejak dulu sebagai peninggalan nenek moyang kita.. Sarana permainan sebidang tanah yang cukup luas memanjang. Peralatan dua potong kayu atau rotan ukuran ± 15 cm dan 45 cm atau secara umum adalah kayu/rotan yang pendek sepertiga dari kayu/rotan yang panjang, dan tanpa iringan musik. Pemain adalah anak-anak  dalam bentuk dua regu. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta permainan ini disebut benthik. Kayu/rotan pendek disebut anak (Jawa, Yogya = janak); kayu/rotan panjang disebut umak (Jawa, Yogya = jabon).
Melalui permainan ini terdapat materi pelajaran yang dikaitkan antara lain PJOK,IPS,PKn dan Matematika. PJOK mencakup pada KD 4.3 mempraktikan kombinasi pola gerak dasar lokomotor untuk membentuk gerakan dasar atletik jalan cepat dan lari yang dilandasi konsep gerak melalui permainan dan atau olahraga tradisional dengan indikator mempraktikkan permainan tradisional dengan teknik bermain yang benar. IPS mencakup KD 4.5 menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi, indikator yang ingin dicapai menjelaskan nilai-nilai yang dipelajari pada saat mempraktikkan permainan tradisional yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Materi Pkn mencakup KD 3.4 Memahami arti bersatu dalam keberagaman di rumah, sekolah dan masyarakat dengan indikator menjelaskan perilaku yang sesuai dengan sila-sila Pancasila dalam bentuk tulisan. Kemudian materi matematika mencakup KD 3.3 Memahami aturan pembulatan dalam membaca hasil pengukuran dengan alat ukur dengan indikator melakukan pembulatan dengan menggunakan alat ukur.

v  Pemain
Permainan ini  dilakukan berkelompok (beregu). Setiap regu harus memiliki anggota yang jumlahnya genap dan setiap regu harus imbang (jumlah anggotannya), bisa 2-5 pasang(4-10 orang). Usia antara 7-15 tahun, tetapi permainan ini juga bisa dilakukan oleh orang dewasa.

v  Persiapan  Permainan
-       Memerlukan lapangan 20 x 20 m
-       Di pinggir lapangan dibuat lubang bentuk memanjang dengan ukuran 10 x 4 cm dan dalamnya 4 cm.
-       Kayu/janak ukuran 15 cm
-       Kayu/jabon ukuran 45 cm

v  Aturan Permainan
-       Jumlah pemain harus sama atau seimbang
-       Pemain dilarang berbuat curang
-       Pemain yang kalah harus mengakui kekalahan dan bersikap sportif

v  Jalannya permainan
Sebelum permainan dimulai regu diundi (suit) untuk menentukan regu yang main dan regu yang jaga. Setelah diundi, maka pemenang undian memulai (regu A) dan yang kalah (regu B) sebagai penjaga.
Permainan terdiri dari 3 tahap :
1.      Ngungkil – mencongkel, kayu lele ditaruh melintang dekat ujung lubang yang menghadap lapangan permainan, kemudian dengan menunduk pada lubang, si A memegang pangkal kayu patok, lalu sekuat tenaga ia mencongkel kayu lele tersebut ke muka di mana B bersiap-siap menyambut pada jarak 15 meter di depan A. Bila B tidak berhasil menangkap kayu lele, maka A tetap bermain. A menaruh kayu patok melintang di atas lubang dan B melempar kayu patok tersebut dengan kayu lele. Kalau lemparan B berhasil maka A dinyatakan mati, lalu B yang bermain.
2.      Ngetok (memukul beberapa kali) A berdiri dekat lubang memegang pangkal kayu patok dan kayu lele ditaruh di atasnya dalam keadaan seimbang. Sambil berjalan menjauhi lubang, A menyentakan ke atas kayu lele tadi, kemudian disambut dengan pukulan kayu patok ke atas lagi dengan pukulan yang perlahan-lahan agar dapat disambutnya kembali dengan pukulan. Semakin sering kayu lele tersebut dapat disambut dengan pukulan-pukulan ke atas kembali adalah semakin baik. Sementara itu B berusaha merebut untuk menyambut kayu yang terlontar ke atas itu, apabila B berhasil menyambutnya permainan A dinyatakan mati, kemudian digantikan oleh B sementara B mendapat nilai atas tangkapannya.
3.      Matok artinya memukul kayu lele pada lubang. Bila pada tahap kedua (ngetek) A belum berhasil mendapat nilai yang disepakati sedang permainannya belum mati, maka dilanjutkan dengan permainan tahap matok. Matok disini dimaksudkan adalah memukul kayu lele dengan diletakkan pada lubang permainan, dimana kayu lele tersebut sebagian berada dalam lubang yang disandarkan miring kea rah depan lapangan permainan sedang yang sebagian lagi berada di luar lubang. Kayu yang di luar lubang inilah yang harus dipukul sehingga kayu lele tersebut melambung keatas, kemudia A harus dapat memukul kembali. Bila kayu dapat disambut B maka permainan A dinyatakan mati sebagaimana tahap-tahap sebelumnya. FOTO!!!!!
Kemudian dari permainan tahap I sampai tahap III dihitung jumlah nilai yang didapat, bila nilai telah mencapai ketentuan permainan, maka ia dinyatakan sebagai pemenang. Permainan dilakukan 1 orang sedang grup penjaga dilakukan oleh semua anggota. Apabila pemain pertama mati, maka diganti pemain berikutnya dalam grup itu sampai semua mendapat giliran.
3.      Manfaat Permainan
Manfaat yang dapat diambil dari Permainan Patok lele/benthik adalah:
·         Dengan permainan ini dapat melatih ketangkasan dan motorik kasar anak, dalam memukul tepat sasaran dan menangkap.
·         Melalui permainan ini anak juga dapat belajar berhitung
·         Permainan ini menyenangkan sekaligus dapat  melatih kewaspadaan
·         Dengan permainan ini dapat membentuk sikap ksatria untuk mengakui keunggulan lawan.
·         Dari permainan ini pula anak dapat belajar untuk mengatur strategi agar tim dapat menang
·         Melatih kerjasama antar anggota dalam satu tim
·         Dengan permainan ini siswa dapat melatih ingatan dan ketepatan dalam menjawab soal.
·         Dengan permainan patok lele ini, siswa semakin peduli dengan keberadaan permainan tradisional yang dapat mereka mainkan setiap waktu senggang.
4.      Materi yang diacu atau diajarkan





5.      Kartu soal dan kartu jawab
No
Soal
Jawaban
1.
2.
3.
4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.   


Sebutkan bunyi sila pertama !
Sebutkan bunyi sila ke 2 !
Sebutkan bunyi sila ke 3 !
Sebutkan bunyi sila ke 4 !

Sebutkan bunyi sila ke 5 !

Sebutkan contoh sikap yang mencerminkan sila pertama !
Sebutkan contoh sikap yang mencerminkan sila ke 2 !
Sebutkan contoh sikap yang mencerminkan sila ke 3 !
Sebutkan contoh sikap yang mencerminkan  sila ke 4 !
Sebutkan contoh sikap yang mencerminkan sila ke 5 !
Sebutkan nama ibu kota provinsi Sumatera Selatan !
Sebutkan tarian dari daerah Kalimantan Barat !
Sebutkan tarian dari daerah Lampung !
Sebutkan tarian dari daerah Maluku Utara !
Sebutkan tarian dari daerah sulawesi Tengah !
Sebutkan nama ibu kota dari provinsi Bali
Sebutkan nama ibu kota dari Nusa Tenggara Timur !
-       Ketuhanan yang Maha Esa
-       Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
-       Persatuan Indonesia
-       Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
-       Keadilan Sosial bagi Seluruh Raykat Indonesia

-       Berdoa sebelum memulai pelajaran

-       Tidak membeda-bedakan teman


-       Melaksanakan tugas piket kelas


-       Musyawarah untuk mencapai mufakat

-       Berlaku adil terhadap orang lain


-          Palembang


-          Tari Monong


-          Tari Jangget


-          Tari Perang


-          Tari Lumense


-          Denpasar



6.      Refleksi
7.      Penutup
Permainan tradisional hampir hilang seiring perkembangan zaman yang semakin modern ini,  dengan memainkan permainan patok lele/benthik anak kembali diajak untuk mengenal permainan tradisional yang juga sebagai sarana modifikasi belajar anak agar anak tidak bosan dengan pelajaran. Permainan ini dapat melatih kerjasama dengan orang lain dan melatih ketangkasan pada anak.  Melalui permainan ini pula anak akan belajar berinteraksi dengan orang lain sehingga kecerdasan intrapersonalnya akan semakin berkembang dan terciptalah persatuan.
Daftar referensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar