Mata Kuliah Landasan Pendidikan Sekolah Dasar (PDW2217)
MENGAMATI
PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS-KELAS
SD
NEGERI 1 PATALAN, JETIS, BANTUL, YOGYAKARTA
MENGGUNAKAN
KERANGKA TAKSONOMI BLOOM
Kelompok 8
dan 11:
Bernadeta
Dwi Astuti (131134027)
Fransisca
Vitha Dwi Aryani (131134028)
Chendy
Putriana Devi (131134030)
Yohanes
Sigit Tri Wahyudi (131134036)
Agdyah
Eka Ning Ndaru (131134037)
Dinia
Arum Kusuma (131134038)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN
ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam makalah ini kelompok saya akan mencoba membahas dimensi
proses kognitif dalam pembelajaran di SD Negeri 1 Patalan berdasarkan taksonomi
Benjamin S. Bloom (1913-1999) yang sudah direvisi. Banyak hal yang terjadi dalam proses kognitif
pembelajaran di sekolah. Hal tersebut
dilakukan agar tujuan pendidikan dapat tercapai maksimal. Tujuan pendidikan
yang paling penting adalah meretensi dan mentransfer (mengindikasikan
pembelajaran yang bermakna). Meretensi adalah kemampuan mengingat materi
pelajaran sampai jangka waktu tertentu sama seperti materi yang diajarkan.
Sedangkan mentransfer adalah kemampuan untuk menggunakan yang telah dipelajari
guna menyelesaikan masalah-masalah baru, menjawab pertanyaan-pertanyaan baru,
atau memudahkan pembelajaran materi pelajaran baru (Anderson dan Krathwohl,
2010: 94).
Tujuan meretensi adalah menuntut siswa untuk mengingat
apa yang sudah mereka pelajari, sedangkan tujuan mentranfer menuntut siswa
bukan hanya untuk mengingat, melainkan juga untuk memahami dan menggunakan apa
yang sudah mereka pelajari. Dengan perkataan lain, meretensi terfokus pada masa
lalu, sementara mentransfer mengacu pada masa depan. Misalnya tes merentensi
bisa berupa perintah kepada siswa untuk menuliskan rumus hukum Ohm, sedangkan
tes mentransfer bisa berupa perintah
kepada siswa untuk menyusun ulang rangkaian listrik guna memaksimalkan jumlah
lompatan elektron.
Belajar yang bermakna menghadirkan pengetahuan dan
proses-proses kognitif yang siswa butuhkan untuk menyelesaikan masalah.
Penyelesainnya masalah terjadi ketika siswa menggagas cara untuk mencapai
tujuan yang belum pernah dia capai, yakni mengerti bagaimana cara mengubah
keadaan jadi keadaan yang diinginkan (Anderson dan Krathwohl, 2010: 97).
Fokus pembelajaran yang bermakna sesuai dengan
pandangan bahwa belajar adalah mengkonstruksi pengetahuan, yang di dalamnya
siswa berusaha memahami pengalaman-pengalaman mereka. Pembelajaran konstruktif
(yakni belajar yang bermakna) dipandang sebagai tujuan pendidikan yang penting.
Pembelajaran konstruktif mensyaratkan pembelajaran yang tidak sekedar
menyampaikan pengetahuan faktual dan juga mensyaratkan pertanyaan-pertanyaan
asesmen yang menuntut siswa bukan sekedar mengingat atau mengenali pengetahuan
faktual.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
level proses kognitif yang dominan berlangsung dalam praktek pembelajaran di SD
Negeri 1 Patalan sesuai taksonomi Bloom?
2. Mengapa
proses belajar yang dominan tersebut bisa terjadi di SD Negeri 1 Patalan?
C. Tujuan
1.
Mengetahui
level proses kognitif yang dominan berlangsung dalam praktek pembelajaran di SD
Negeri 1 Patalan sesuai taksonomi Bloom.
2.
Mengetahui
mengapa proses belajar yang dominan tersebut bisa terjadi di SD Negeri 1
Patalan.
BAB
II
DIMENSI
PROSES KOGNITIF TAKSONOMI BLOOM

Model taksonomi Bloom yang sudah direvisi memetakan
proses kognitif yang terjadi dalam pembelajaran ke dalam 6 level dari yang
paling kurang kompleks (remember,
mengingat, menghafal) ke yang paling kompleks (create, mencipta) (Anderson, 2001: 66-88).
1. Remember (mengingat)
Mengingat
yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang.
Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi Pengetahuan Faktual, Konseptual,
Prosedural, atau Metakognitif, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan ini.
a. Mengenali
(mengidentifikasi) adalah mengambil penetahuan yang dibutuhkan dari memori
jangka panjang untuk membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima.
b. Mengingat
kembali (mengambil) adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori
jangka panjang ketika soalnya menghendaki demikian. Dalam mengingat kembali
siswa mencari informasi di memori jangka panjang dan membawa informasi tersebut
ke memori kerja untuk diproses. Istilah lain mengingat kembali adalah
mengambil.
2. Understand (mengerti)
Mengerti
yaitu mengartikan pesan-pesan dari komunikasi lisan, tertulis, atau grafik.
Tujuan pembelajaran di sini adalah untuk transfer pengetahuan. Pembelajar sudah
mengerti sesuatu kalau dapat menghubungkan pengetahuan baru yang dipelajari
dengan pengetahuan lama yang sudah didapat, sehingga dapat mengintegrasikan
pengetahuan yang baru itu dalam skema kognitif yang sudah dimiliki sebelumnya.
a. Menginterpretasi
(mengklarifikasi, mengatakan dengan ungkapan berbeda, menggambarkan,
menerjemahkan)
yaitu mengubah suatu ungkapan (misalnya angka) ke
ungkapan lain (misalnya verbal) atau sebaliknya. Misalnya menuliskan soal
Matematika yang berbentuk kalimat-kalimat dalam persamaan angka-angka aljabar. Untuk
menghindari hafalan, permasalahan yang harus dikerjakan mesti mengandung
unsur-unsur baru yang tidak dijelaskan sebelumnya.
b. Menjelaskan
dengan contoh-contoh (memberi ilustrasi, perumpamaan)
yaitu memberikan contoh-contoh tertentu untuk
menjelaskan suatu konsep atau prinsip. Misalnya pembelajar dapat memilih dengan
benar dari jawaban-jawaban yang tersedia contoh konkret tentang penerapan
prinsip toleransi terhadap kelompok yang berbeda keyakinan.
c. Membuat
klasifikasi (membuat kategori, membuat penggolongan)
yaitu menentukan bahwa sesuatu termasuk dalam
kategori tertentu. Pembelajar dapat mendeteksi ciri-ciri yang relevan dan cocok
dengan konsep tertentu. Misalnya klasifikasi tentang tumbuh-tumbuhan berdasarkan
jenis akarnya.
d. Membuat
ringkasan (membuat abstraksi, membuat generalisasi)
yaitu membuat abstraksi tentang suatu tema umum.
e. Menyimpulkan (menarik konklusi, memprediksi sesuatu
atas dasar data-data yang tersedia, menimba suatu pelajaran dari suatu permasalahan)
yaitu menarik suatu kesimpulan logis dari informasi
yang tersedia atau menemukan adanya satu pola yang sama dari contoh-contoh yang
tersedia. Misalnya menarik suatu prinsip tata bahasa dari contoh-contoh kalimat
dalam pelajaran bahasa asing. Tugas yang diberikan bisa:
(1) Tugas
melengkapi
“Tentukan satu angka sesudah deretan angka ini: 1,
2, 3, 5, 8, 13, 21, …!” Jawabannya 34 karena deret angka itu memiliki satu pola
yang sama, yaitu angka berikut merupakan penjumlahan dari 2 angka sebelumnya.
(2) Tugas
analogi
“Jika negara untuk presiden, provinsi untuk ….?”
Gubernur.
(3) Tugas
menemukan yang ganjil
“Mana yang berbeda: harimau, serigala, singa, dan
kambing?” Kambing, karena herbivora dan bukan carnivora seperti 3 pilihan yang
lain.
f. Membandingkan
(atau membuat kontras, memetakan, mencocokkan)
yaitu menemukan hubungan atau persamaan dan
perbedaan antara dua ide, objek, dan semacamnya.
g. Menjelaskan
(membuat model)
yaitu menemukan hubungan sebab-akibat dari sesuatu.
Misalnya menjelaskan sebab dan akibat dari munculnya Revolusi Perancis.
Beberapa model pertanyaan bisa dilontarkan kepada pembelajar, misalnya:
(1) menjelaskan alasan terjadinya sesuatu.
“Mengapa udara dapat masuk ke ban sepeda ketika
pompa sepeda ditekan?” Karena tekanan udara di pompa lebih besar dari di ban
sepeda.
(2) menyelidiki permasalahan.
“Ketika kamu menekan pompa sepeda ternyata tidak ada
udara yang masuk ke ban sepeda. Problemnya ada di mana?” Pentilnya tersumbat
atau silinder pompanya berlubang.
(3) mendesain ulang.
“Apa yang harus dilakukan supaya pompa sepeda
berfungsi lebih efisien?” Mengoleskan oli antara silinder pompa dan pistonnya.
(4) membuat prediksi
“Apa yang terjadi kalau silinder pompa diperbesar?”
Udara yang dipompakan akan lebih banyak sebanding dengan makin besarnya
silinder pompa.
3. Apply (menerapkan)
yaitu
menggunakan prosedur tertentu untuk berlatih atau memecahkan masalah.
a. Melaksanakan
(menjalankan)
yaitu menerapkan prosedur tertentu sebagai latihan
untuk mengerjakan suatu tugas yang sudah dikenali sebelumnya. Misalnya membagi
sederet bilangan genap dengan angka-angka tertentu sampai menghasilkan empat
angka di belakang koma.
b. Menerapkan
(mengimplementasikan, menggunakan)
yaitu menerapkan prosedur tertentu untuk memecahkan
masalah yang belum diketahui sebelumnya. Misalnya menggunakan Hukum Newton II
untuk permasalahan-permasalahan yang sesuai saja.
4. Analyze (menganalisis)
yaitu
membagi-bagi materi dalam bagian-bagian tertentu dan menentukan bagaimana
bagian-bagian itu berhubungan satu dengan yang lain dan berhubungan dengan
struktur keseluruhan. Kecakapan analisis bisa dikembangkan melalui:
a. Membedakan
(menyendirikan, memilah-milah, memilih, memfokuskan)
yaitu membedakan bagian yang relevan dengan yang
tidak relevan atau bagian yang penting dengan yang tidak penting. Misalnya
membedakan jeruk dan apel sebagai buah. Perbedaan biji jauh lebih penting
dibanding perbedaan warna dan bentuk fisiknya keduanya.
b. Mengorganisasi
(menemukan koherensi, mengintegrasikan, membuat garis besar, mendeskripsikan,
membuat struktur).
yaitu menentukan bagaimana unsur-unsur sesuai atau
berfungsi dalam keseluruhan struktur. Misalnya menyusun bukti-bukti yang
berlawanan atau mendukung suatu penjelasan tentang penyebab runtuhnya Kerajaan
Majapahit.
c. Mengatribusikan
(mendekonstruksi)
yaitu menemukan adanya sudut pandang tertentu, bias
tertentu, stereotip tertentu, nilai tertentu, maksud tertentu di balik suatu
permasalahan. Menghubungkan di sini mencakup proses dekonstruksi di mana
pembelajar mencoba menemukan maksud pengarang di balik materi yang dipelajari.
Misalnya menemukan sudut pandang yang digunakan pengarang dari suatu artikel
mengenai terjadinya Perang Dingin sesudah Perang Dunia II (misalnya pengarang
ternyata pendukung fanatik dari gerakan komunisme internasional).
5. Evaluate (mengevaluasi)
yaitu
membuat penilaian atas dasar kriteria atau standar tertentu. Kriteria yang
biasa digunakan misalnya kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Tidak
semua bentuk penilaian bersifat evaluatif. Penilaian baru bersifat evaluatif
kalau didasarkan pada kriteria yang didefinisikan dengan jelas.
a. Memeriksa
dengan teliti (mengoordinasikan, menyerasikan, menyelaraskan, mendeteksi,
memonitor, menguji)
yaitu menilai ada tidaknya konsistensi internal (mendeteksi adanya inkonsistensi
atau kekeliruan dalam suatu proses atau produk, menentukan apakah proses atau
produk tersebut memiliki konsistensi internal, mendeteksi efektivitas suatu
prosedur saat diterapkan).
b. Mengritik
(menilai secara kritis bobot dari suatu pilihan)
yaitu menilai atas dasar kriteria eksternal (mendeteksi adanya
inkonsistensi antara suatu produk dan kriteria eksternal, menentukan apakah
suatu produk memiliki konsistensi eksternal, mendeteksi kesesuaian dari suatu
prosedur untuk memecahkan masalah tertentu). Di sini pembelajar mencatat segi
positif dan negatif dan membuat penilaiannya.Cara menilai ini sangat erat
berkaitan dengan kecakapan berpikir
kritis.
6. Create (mencipta)
Mencipta
yaitu menyatukan unsur-unsur tertentu untuk membentuk suatu keseluruhan yang koheren
atau keseluruhan yang fungsional; menyusun kembali unsur-unsur tertentu untuk
membentuk suatu pola atau struktur yang baru. Misalnya pembelajar diminta untuk
membuat produk baru dengan menata ulang gagasan-gagasan sebelumnya.Pembelajar
diminta menemukan sintesis yang baru dari materi yang tersedia sehingga
menghasilkan keseluruhan yang baru entah dalam mengarang, menggambar, membuat
patung, dsb. Di sini penilaian terhadap hasil kinerja pembelajar tidak mesti
harus berdasarkan keunikan atau orisinalitas tetapi yang penting pembelajar
bisa membuat sintesis yang baru dari berbagai sumber materi.Sering terjadi
dalam menyusun karangan Create
terjadi.Meskipun demikian kalau karangan hanya bersifat mengulang gagasan atau
interpretasi terhadap materi tertentu, Create
tidak terjadi.
Proses
kreatif dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu menemukan permasalahan, merencanakan
langkah-langkah untuk menemukan solusi, dan menjalankan rencana tersebut sampai
berhasil.
a. Menghasilkan
(merumuskan, membuat hipotesis)
yaitu menemukan permasalahan dan merumuskan
hipotesis pemecahannya berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan level ini lebih
bersifat divergen, yaitu mencari berbagai kemungkinan (bandingkan dengan
tujuan dari level Understand yang
lebih bersifat konvergen, yaitu untuk
sampai pada satu pengertian yang
sama).
b. Membuat
rencana (merancang desain)
yaitu menemukan cara untuk memecahkan masalah atau
menjalankan tugas dan membuat rencana langkah-langkahnya. Di sini pembelajar
bisa menentukan sasaran-sasaran sekunder, membagi pelaksanaan tugas dalam
langkah-langkah kecilnya dsm.
c. Memproduksi (mengonstruksi)
yaitu melaksanakan rencana pemecahan suatu masalah
sesuai kriteria-kriteria yang sudah ditentukan.
BAB III
DATA-DATA OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
Pemetaan hasil akhir:
Level
|
Kelas 1
(Bahasa Indonesia)
|
Kelas 2
(Matematika)
|
Kelas 3
(Pkn)
|
Kelas 4
(IPA)
|
Kelas 5
(IPS)
|
Rerata
|
%
|
|
Remember
|
5
|
5
|
5
|
5,5
|
4
|
4,9
|
20,21
|
|
Understand
|
4
|
5,28
|
4
|
4,42
|
2,71
|
4,1
|
16,91
|
|
Apply
|
3,5
|
3,5
|
4,5
|
4,5
|
4
|
4
|
16,50
|
|
Analyze
|
3,33
|
4
|
3,6
|
4
|
4
|
3,86
|
15,92
|
|
Evaluate
|
4
|
4,5
|
3,5
|
4
|
2
|
3,6
|
14,85
|
|
Create
|
4,33
|
3,66
|
3,6
|
3,3
|
3,6
|
3,78
|
15,60
|
|
Total
|
|
24,24
|

PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang telah
kelompok kami miliki setelah melakukan observasi di SD N 1 Patalan, Jetis,
Bantul, DIY. Kami menemukan banyak hal mengenai proses kognitif dalam
pembelajaran. Dalam model taksonomi bloom yang sudah direvisi memetakan proses
kognitif yang terjadi dalam pembelajaran terdapat enam level yaitu dari yang
paling kurang kompleks (remember= mengingat
atau menghafal, understand= mengerti,
apply= menerapkan, analyze= menganalisis, evaluate= mengevaluasi dan yang paling
kompleks yaitu create= mencipta). Di
dalam observasi di SD N Patalan tersebut level yang paling dominan terjadi
dalam proses pembelajaran adalah remember atau mengingat, hal tersebut
dibuktikan dengan data yang tersaji di atas.
Level remember memang banyak terjadi di dunia pendidikan Indonesia karena
di negara Indonesia menerapkan sistem belajar yang terpusat pada guru. Dalam
pendidikan sekolah dasar, hal itu sangat terlihat jelas karena anak-anak kurang
dilibatkan dalam proses belajar mengajar. Anak hanya duduk manis dan
mendengarkan guru yang sedang mengajar. Hal itu tentu menghambat dalam proses
create yaitu level yang paling kompleks. Anak kurang diberikan bimbingan
belajar oleh guru, harusnya guru tidak hanya menerangkan saja, tetapi bisa
menggunakan media lain supaya anak bisa lebih aktif dalam proses belajar
mengajar. Kebanyakan anak hanya mengingat materi yang diberikan guru tanpa
diterapkan kembali.
Memang mudah jika belajar dengan
mengingat, tetapi jika dilakukan terus menerus perkembangan anak untuk berpikir
tidak akan maju dan akan menghambat proses belajar anak ke depannya. Dalam
proses pembelajaran di dalam kelas anak selalu mengikuti yang diperintahkan
guru dan tidak dikembangkan kembali. Misalnya ada seorang anak yang membaca
buku dengan sangat cermat sekali dan selalu mengingat fakta-fakta kuncinya.
Anak juga masih ingat dengan materi dan fakta yang diberikan oleh gurunya.
Tetapi saat ditanya untuk menjelaskan kembali anak tidak bisa menyelesaikan masalah
tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Level
proses kognitif yang dominan berlangsung dalam praktek pembelajaran di SD
Negeri 1 Patalan sesuai taksonomi Bloom adalah level remember atau mengingat. Hal itu dibuktikan dengan data yang telah
kelompok kami dapat setelah melakukan observasi mengenai proses kognitif dalam
pembelajaran di SD Negeri 1 Patalan. Data menunjukkan bahwa pada level remember atau mengingat memiliki
prosentase 20,21 % sedangkan .
2. Level
remember dapat terjadi di SD Negeri 1 Patalan, karena
siswa atau peserta didik hanya dituntut
untuk memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru saja dan duduk manis di
tempat duduk. Dengan demikian daya kreatif anak akan terhambat. Anak merasa
terkekang atau kurang begitu kreatif dalam segala hal, karena anak hanya melakukan
hal yang disuruh oleh gurunya saja. Inisiatif anak untuk melakukan hal yang
baru juga akan terhambat.
B. Saran
Cara pembelajaran yang terpusat di guru memang
sangat menghambat dalam proses create, karena
murid kurang dapat berperan aktif dalam segala hal. Dengan demikian cara yang
paling tepat agar siswa dapat mencapai level yang paling kompleks (create), maka hal yang dapat dilakukan
adalah mengubah sistem pembelajaran menjadi terpusat kepada siswa sehingga
tidak lagi terpusat pada guru. Pada saat ini di Indonesia sebagian besar
sekolah-sekolah menggunakan sistem
pembelajaran yang terpusat pada guru, sehingga daya kreatif (create) anak-anak kurang begitu tampak. Hal ini sungguh
memprihatinkan, sebenarnya anak-anak Indonesia mampu untuk membuat sesuatu yang
baru (create), namun karena terhambat
dengan sistem atau cara pembelajaran yang dilakukan, maka anak-anak Indonesia
kurang dapat membuat sesuatu yang baru.
Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan
cara memberikan soal-soal kepada siswa agar siswa terpacu untuk memberikan
pendapatnya dan menguraikannya dalam kalimat. Hal yang demikian dapat memacu
siswa untuk berpikir dan menarik kesimpulan dengan kemampuannya sendiri. Secara
tidak langsung itu membuat anak untuk semakin maju dan dapat mengembangkan
kreativitasnya dalam menemukan jawaban
serta pembahasannya. Hal itu juga dapat membantu siswa untuk berfikir
lebih inspiratif.
DAFTAR
REFERENSI
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R.
(Eds.). (2001) A taxonomy of learning,
teaching, and
assessment:
A revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives. New York: Longman.
Anderson, L.W. & Krathwohl,
D.R. (2010). Kerangka landasan untuk
pembelajaran, pengajaran, dan asesmen:
Revisi taksonomi pendidikan Bloom.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lucky Club Casino Site 2021
BalasHapusLucky Club Casino is an online luckyclub.live gambling platform that provides an online casino. You can play for free, win real money with no download required. Rating: 3 · 8 votes