Kamis, 28 Mei 2015

Observasi Proses Pembelajaran di SD Negeri 1 Patalan, Jetis, Bantul Yogyakarta



Makalah Tugas UTS 1

Mata Kuliah Landasan Pendidikan Sekolah Dasar (PDW2217)

MENGAMATI PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS-KELAS
SD NEGERI 1 PATALAN, JETIS, BANTUL, YOGYAKARTA
MENGGUNAKAN KERANGKA TAKSONOMI BLOOM

Kelompok  8 dan 11:
                                    Bernadeta Dwi Astuti             (131134027)
Fransisca Vitha Dwi Aryani   (131134028)
Chendy Putriana Devi             (131134030)
Yohanes Sigit Tri Wahyudi    (131134036)
Agdyah Eka Ning Ndaru        (131134037)
Dinia Arum Kusuma               (131134038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam makalah ini kelompok saya akan mencoba membahas dimensi proses kognitif dalam pembelajaran di SD Negeri 1 Patalan berdasarkan taksonomi Benjamin S. Bloom (1913-1999) yang sudah direvisi.  Banyak hal yang terjadi dalam proses kognitif pembelajaran di sekolah.  Hal tersebut dilakukan agar tujuan pendidikan dapat tercapai maksimal. Tujuan pendidikan yang paling penting adalah meretensi dan mentransfer (mengindikasikan pembelajaran yang bermakna). Meretensi adalah kemampuan mengingat materi pelajaran sampai jangka waktu tertentu sama seperti materi yang diajarkan. Sedangkan mentransfer adalah kemampuan untuk menggunakan yang telah dipelajari guna menyelesaikan masalah-masalah baru, menjawab pertanyaan-pertanyaan baru, atau memudahkan pembelajaran materi pelajaran baru (Anderson dan Krathwohl, 2010: 94).
Tujuan meretensi adalah menuntut siswa untuk mengingat apa yang sudah mereka pelajari, sedangkan tujuan mentranfer menuntut siswa bukan hanya untuk mengingat, melainkan juga untuk memahami dan menggunakan apa yang sudah mereka pelajari. Dengan perkataan lain, meretensi terfokus pada masa lalu, sementara mentransfer mengacu pada masa depan. Misalnya tes merentensi bisa berupa perintah kepada siswa untuk menuliskan rumus hukum Ohm, sedangkan tes mentransfer  bisa berupa perintah kepada siswa untuk menyusun ulang rangkaian listrik guna memaksimalkan jumlah lompatan elektron.
Belajar yang bermakna menghadirkan pengetahuan dan proses-proses kognitif yang siswa butuhkan untuk menyelesaikan masalah. Penyelesainnya masalah terjadi ketika siswa menggagas cara untuk mencapai tujuan yang belum pernah dia capai, yakni mengerti bagaimana cara mengubah keadaan jadi keadaan yang diinginkan (Anderson dan Krathwohl, 2010: 97).
Fokus pembelajaran yang bermakna sesuai dengan pandangan bahwa belajar adalah mengkonstruksi pengetahuan, yang di dalamnya siswa berusaha memahami pengalaman-pengalaman mereka. Pembelajaran konstruktif (yakni belajar yang bermakna) dipandang sebagai tujuan pendidikan yang penting. Pembelajaran konstruktif mensyaratkan pembelajaran yang tidak sekedar menyampaikan pengetahuan faktual dan juga mensyaratkan pertanyaan-pertanyaan asesmen yang menuntut siswa bukan sekedar mengingat atau mengenali pengetahuan faktual.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa level proses kognitif yang dominan berlangsung dalam praktek pembelajaran di SD Negeri 1 Patalan sesuai taksonomi Bloom?
2.      Mengapa proses belajar yang dominan tersebut bisa terjadi di SD Negeri 1 Patalan?
                              
C.    Tujuan
1.      Mengetahui level proses kognitif yang dominan berlangsung dalam praktek pembelajaran di SD Negeri 1 Patalan sesuai taksonomi Bloom.
2.      Mengetahui mengapa proses belajar yang dominan tersebut bisa terjadi di SD Negeri 1 Patalan.



















BAB II
DIMENSI PROSES KOGNITIF TAKSONOMI BLOOM


                                 


Model taksonomi Bloom yang sudah direvisi memetakan proses kognitif yang terjadi dalam pembelajaran ke dalam 6 level dari yang paling kurang kompleks (remember, mengingat, menghafal) ke yang paling kompleks (create, mencipta) (Anderson, 2001: 66-88).
1. Remember (mengingat)
Mengingat yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi Pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, atau Metakognitif, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan ini.
a.       Mengenali (mengidentifikasi) adalah mengambil penetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang untuk membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima.
b.      Mengingat kembali (mengambil) adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang ketika soalnya menghendaki demikian. Dalam mengingat kembali siswa mencari informasi di memori jangka panjang dan membawa informasi tersebut ke memori kerja untuk diproses. Istilah lain mengingat kembali adalah mengambil.

2. Understand (mengerti)
Mengerti yaitu mengartikan pesan-pesan dari komunikasi lisan, tertulis, atau grafik. Tujuan pembelajaran di sini adalah untuk transfer pengetahuan. Pembelajar sudah mengerti sesuatu kalau dapat menghubungkan pengetahuan baru yang dipelajari dengan pengetahuan lama yang sudah didapat, sehingga dapat mengintegrasikan pengetahuan yang baru itu dalam skema kognitif yang sudah dimiliki sebelumnya.
a.       Menginterpretasi (mengklarifikasi, mengatakan dengan ungkapan berbeda, menggambarkan, menerjemahkan)
yaitu mengubah suatu ungkapan (misalnya angka) ke ungkapan lain (misalnya verbal) atau sebaliknya. Misalnya menuliskan soal Matematika yang berbentuk kalimat-kalimat dalam persamaan angka-angka aljabar. Untuk menghindari hafalan, permasalahan yang harus dikerjakan mesti mengandung unsur-unsur baru yang tidak dijelaskan sebelumnya.
b.      Menjelaskan dengan contoh-contoh (memberi ilustrasi, perumpamaan)
yaitu memberikan contoh-contoh tertentu untuk menjelaskan suatu konsep atau prinsip. Misalnya pembelajar dapat memilih dengan benar dari jawaban-jawaban yang tersedia contoh konkret tentang penerapan prinsip toleransi terhadap kelompok yang berbeda keyakinan.
c.       Membuat klasifikasi (membuat kategori, membuat penggolongan)
yaitu menentukan bahwa sesuatu termasuk dalam kategori tertentu. Pembelajar dapat mendeteksi ciri-ciri yang relevan dan cocok dengan konsep tertentu. Misalnya klasifikasi tentang tumbuh-tumbuhan berdasarkan jenis akarnya.
d.      Membuat ringkasan (membuat abstraksi, membuat generalisasi)
yaitu membuat abstraksi tentang suatu tema umum.
e.       Menyimpulkan (menarik konklusi, memprediksi sesuatu atas dasar data-data yang tersedia, menimba suatu pelajaran dari suatu permasalahan)
yaitu menarik suatu kesimpulan logis dari informasi yang tersedia atau menemukan adanya satu pola yang sama dari contoh-contoh yang tersedia. Misalnya menarik suatu prinsip tata bahasa dari contoh-contoh kalimat dalam pelajaran bahasa asing. Tugas yang diberikan bisa:
(1)   Tugas melengkapi
“Tentukan satu angka sesudah deretan angka ini: 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, …!” Jawabannya 34 karena deret angka itu memiliki satu pola yang sama, yaitu angka berikut merupakan penjumlahan dari 2 angka sebelumnya.
(2)   Tugas analogi
“Jika negara untuk presiden, provinsi untuk ….?” Gubernur.
(3)   Tugas menemukan yang ganjil
“Mana yang berbeda: harimau, serigala, singa, dan kambing?” Kambing, karena herbivora dan bukan carnivora seperti 3 pilihan yang lain.
f.       Membandingkan (atau membuat kontras, memetakan, mencocokkan)
yaitu menemukan hubungan atau persamaan dan perbedaan antara dua ide, objek, dan semacamnya.
g.      Menjelaskan (membuat model)
yaitu menemukan hubungan sebab-akibat dari sesuatu. Misalnya menjelaskan sebab dan akibat dari munculnya Revolusi Perancis. Beberapa model pertanyaan bisa dilontarkan kepada pembelajar, misalnya:
(1) menjelaskan alasan terjadinya sesuatu.
“Mengapa udara dapat masuk ke ban sepeda ketika pompa sepeda ditekan?” Karena tekanan udara di pompa lebih besar dari di ban sepeda.
(2) menyelidiki permasalahan.
“Ketika kamu menekan pompa sepeda ternyata tidak ada udara yang masuk ke ban sepeda. Problemnya ada di mana?” Pentilnya tersumbat atau silinder pompanya berlubang.
(3) mendesain ulang.
“Apa yang harus dilakukan supaya pompa sepeda berfungsi lebih efisien?” Mengoleskan oli antara silinder pompa dan pistonnya.
(4) membuat prediksi
“Apa yang terjadi kalau silinder pompa diperbesar?” Udara yang dipompakan akan lebih banyak sebanding dengan makin besarnya silinder pompa.

3. Apply (menerapkan)
yaitu menggunakan prosedur tertentu untuk berlatih atau memecahkan masalah.
a.       Melaksanakan (menjalankan)
yaitu menerapkan prosedur tertentu sebagai latihan untuk mengerjakan suatu tugas yang sudah dikenali sebelumnya. Misalnya membagi sederet bilangan genap dengan angka-angka tertentu sampai menghasilkan empat angka di belakang koma.
b.      Menerapkan (mengimplementasikan, menggunakan)
yaitu menerapkan prosedur tertentu untuk memecahkan masalah yang belum diketahui sebelumnya. Misalnya menggunakan Hukum Newton II untuk permasalahan-permasalahan yang sesuai saja.

4. Analyze (menganalisis)
yaitu membagi-bagi materi dalam bagian-bagian tertentu dan menentukan bagaimana bagian-bagian itu berhubungan satu dengan yang lain dan berhubungan dengan struktur keseluruhan. Kecakapan analisis bisa dikembangkan melalui:
a.       Membedakan (menyendirikan, memilah-milah, memilih, memfokuskan)
yaitu membedakan bagian yang relevan dengan yang tidak relevan atau bagian yang penting dengan yang tidak penting. Misalnya membedakan jeruk dan apel sebagai buah. Perbedaan biji jauh lebih penting dibanding perbedaan warna dan bentuk fisiknya keduanya.
b.      Mengorganisasi (menemukan koherensi, mengintegrasikan, membuat garis besar, mendeskripsikan, membuat struktur).
yaitu menentukan bagaimana unsur-unsur sesuai atau berfungsi dalam keseluruhan struktur. Misalnya menyusun bukti-bukti yang berlawanan atau mendukung suatu penjelasan tentang penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit.
c.       Mengatribusikan (mendekonstruksi)
yaitu menemukan adanya sudut pandang tertentu, bias tertentu, stereotip tertentu, nilai tertentu, maksud tertentu di balik suatu permasalahan. Menghubungkan di sini mencakup proses dekonstruksi di mana pembelajar mencoba menemukan maksud pengarang di balik materi yang dipelajari. Misalnya menemukan sudut pandang yang digunakan pengarang dari suatu artikel mengenai terjadinya Perang Dingin sesudah Perang Dunia II (misalnya pengarang ternyata pendukung fanatik dari gerakan komunisme internasional).

5. Evaluate (mengevaluasi)
yaitu membuat penilaian atas dasar kriteria atau standar tertentu. Kriteria yang biasa digunakan misalnya kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Tidak semua bentuk penilaian bersifat evaluatif. Penilaian baru bersifat evaluatif kalau didasarkan pada kriteria yang didefinisikan dengan jelas.
a.       Memeriksa dengan teliti (mengoordinasikan, menyerasikan, menyelaraskan, mendeteksi, memonitor, menguji)
yaitu menilai ada tidaknya konsistensi internal (mendeteksi adanya inkonsistensi atau kekeliruan dalam suatu proses atau produk, menentukan apakah proses atau produk tersebut memiliki konsistensi internal, mendeteksi efektivitas suatu prosedur saat diterapkan).
b.      Mengritik (menilai secara kritis bobot dari suatu pilihan)
yaitu menilai atas dasar kriteria eksternal (mendeteksi adanya inkonsistensi antara suatu produk dan kriteria eksternal, menentukan apakah suatu produk memiliki konsistensi eksternal, mendeteksi kesesuaian dari suatu prosedur untuk memecahkan masalah tertentu). Di sini pembelajar mencatat segi positif dan negatif dan membuat penilaiannya.Cara menilai ini sangat erat berkaitan dengan kecakapan berpikir kritis.

6. Create (mencipta)
Mencipta yaitu menyatukan unsur-unsur tertentu untuk membentuk suatu keseluruhan yang koheren atau keseluruhan yang fungsional; menyusun kembali unsur-unsur tertentu untuk membentuk suatu pola atau struktur yang baru. Misalnya pembelajar diminta untuk membuat produk baru dengan menata ulang gagasan-gagasan sebelumnya.Pembelajar diminta menemukan sintesis yang baru dari materi yang tersedia sehingga menghasilkan keseluruhan yang baru entah dalam mengarang, menggambar, membuat patung, dsb. Di sini penilaian terhadap hasil kinerja pembelajar tidak mesti harus berdasarkan keunikan atau orisinalitas tetapi yang penting pembelajar bisa membuat sintesis yang baru dari berbagai sumber materi.Sering terjadi dalam menyusun karangan Create terjadi.Meskipun demikian kalau karangan hanya bersifat mengulang gagasan atau interpretasi terhadap materi tertentu, Create tidak terjadi.
Proses kreatif dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu menemukan permasalahan, merencanakan langkah-langkah untuk menemukan solusi, dan menjalankan rencana tersebut sampai berhasil.
a.       Menghasilkan (merumuskan, membuat hipotesis)
yaitu menemukan permasalahan dan merumuskan hipotesis pemecahannya berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan level ini lebih bersifat divergen, yaitu mencari berbagai kemungkinan (bandingkan dengan tujuan dari level Understand yang lebih bersifat konvergen, yaitu untuk sampai pada satu pengertian yang sama).
b.      Membuat rencana (merancang desain)
yaitu menemukan cara untuk memecahkan masalah atau menjalankan tugas dan membuat rencana langkah-langkahnya. Di sini pembelajar bisa menentukan sasaran-sasaran sekunder, membagi pelaksanaan tugas dalam langkah-langkah kecilnya dsm.
c.        Memproduksi (mengonstruksi)
yaitu melaksanakan rencana pemecahan suatu masalah sesuai kriteria-kriteria yang sudah ditentukan.



















BAB III
 DATA-DATA OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

Pemetaan hasil akhir:
Level

Kelas 1
(Bahasa Indonesia)
Kelas 2

(Matematika)
Kelas 3

(Pkn)
Kelas 4

(IPA)
Kelas 5

(IPS)
Rerata
    %
Remember

5
5
5
5,5
4
4,9
20,21
Understand

4
5,28
4
4,42
2,71
4,1
16,91
Apply

3,5
3,5
4,5
4,5
4
4
16,50
Analyze

3,33
4
3,6
4
4
3,86
15,92
Evaluate

4
4,5
3,5
4
2
3,6
14,85
Create

4,33
3,66
3,6
3,3
3,6
3,78
15,60
Total






24,24








PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang telah kelompok kami miliki setelah melakukan observasi di SD N 1 Patalan, Jetis, Bantul, DIY. Kami menemukan banyak hal mengenai proses kognitif dalam pembelajaran. Dalam model taksonomi bloom yang sudah direvisi memetakan proses kognitif yang terjadi dalam pembelajaran terdapat enam level yaitu dari yang paling kurang kompleks (remember= mengingat atau menghafal, understand= mengerti, apply= menerapkan, analyze= menganalisis, evaluate= mengevaluasi dan yang paling kompleks yaitu create= mencipta). Di dalam observasi di SD N Patalan tersebut level yang paling dominan terjadi dalam proses pembelajaran adalah remember atau mengingat, hal tersebut dibuktikan dengan data yang tersaji di atas.
Level remember memang banyak terjadi di dunia pendidikan Indonesia karena di negara Indonesia menerapkan sistem belajar yang terpusat pada guru. Dalam pendidikan sekolah dasar, hal itu sangat terlihat jelas karena anak-anak kurang dilibatkan dalam proses belajar mengajar. Anak hanya duduk manis dan mendengarkan guru yang sedang mengajar. Hal itu tentu menghambat dalam proses create yaitu level yang paling kompleks. Anak kurang diberikan bimbingan belajar oleh guru, harusnya guru tidak hanya menerangkan saja, tetapi bisa menggunakan media lain supaya anak bisa lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Kebanyakan anak hanya mengingat materi yang diberikan guru tanpa diterapkan kembali.
Memang mudah jika belajar dengan mengingat, tetapi jika dilakukan terus menerus perkembangan anak untuk berpikir tidak akan maju dan akan menghambat proses belajar anak ke depannya. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas anak selalu mengikuti yang diperintahkan guru dan tidak dikembangkan kembali. Misalnya ada seorang anak yang membaca buku dengan sangat cermat sekali dan selalu mengingat fakta-fakta kuncinya. Anak juga masih ingat dengan materi dan fakta yang diberikan oleh gurunya. Tetapi saat ditanya untuk menjelaskan kembali anak tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut.




BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Level proses kognitif yang dominan berlangsung dalam praktek pembelajaran di SD Negeri 1 Patalan sesuai taksonomi Bloom adalah level remember atau mengingat. Hal itu dibuktikan dengan data yang telah kelompok kami dapat setelah melakukan observasi mengenai proses kognitif dalam pembelajaran di SD Negeri 1 Patalan. Data menunjukkan bahwa pada level remember atau mengingat memiliki prosentase 20,21 % sedangkan .

2.      Level remember  dapat terjadi di SD Negeri 1 Patalan, karena siswa atau peserta didik  hanya dituntut untuk memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru saja dan duduk manis di tempat duduk. Dengan demikian daya kreatif anak akan terhambat. Anak merasa terkekang atau kurang begitu kreatif dalam segala hal, karena anak hanya melakukan hal yang disuruh oleh gurunya saja. Inisiatif anak untuk melakukan hal yang baru juga akan terhambat.
           
B.     Saran

Cara pembelajaran yang terpusat di guru memang sangat menghambat dalam proses create, karena murid kurang dapat berperan aktif dalam segala hal. Dengan demikian cara yang paling tepat agar siswa dapat mencapai level yang paling kompleks (create), maka hal yang dapat dilakukan adalah mengubah sistem pembelajaran menjadi terpusat kepada siswa sehingga tidak lagi terpusat pada guru. Pada saat ini di Indonesia sebagian besar sekolah-sekolah menggunakan  sistem pembelajaran yang terpusat pada guru, sehingga daya kreatif (create) anak-anak  kurang begitu tampak. Hal ini sungguh memprihatinkan, sebenarnya anak-anak Indonesia mampu untuk membuat sesuatu yang baru (create), namun karena terhambat dengan sistem atau cara pembelajaran yang dilakukan, maka anak-anak Indonesia kurang dapat membuat sesuatu yang baru.
Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan soal-soal kepada siswa agar siswa terpacu untuk memberikan pendapatnya dan menguraikannya dalam kalimat. Hal yang demikian dapat memacu siswa untuk berpikir dan menarik kesimpulan dengan kemampuannya sendiri. Secara tidak langsung itu membuat anak untuk semakin maju dan dapat mengembangkan kreativitasnya dalam menemukan jawaban  serta pembahasannya. Hal itu juga dapat membantu siswa untuk berfikir lebih inspiratif.



DAFTAR REFERENSI


Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (Eds.). (2001) A taxonomy of learning, teaching, and
assessment: A revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives. New York: Longman.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka landasan untuk pembelajaran,  pengajaran, dan asesmen: Revisi taksonomi pendidikan Bloom.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.















1 komentar:

  1. Lucky Club Casino Site 2021
    Lucky Club Casino is an online luckyclub.live gambling platform that provides an online casino. You can play for free, win real money with no download required. Rating: 3 · ‎8 votes

    BalasHapus