Kamis, 28 Mei 2015

Makalah PKn "Peranan Nilai"



MAKALAH PRESENTASI

Mata Kuliah Pkn (PDW 2334)
“Peranan Nilai Terhadap Tindakan Manusia”





Kelompok:
Irina Susilaningrum                 (131134025)
Yohanes Sigit Tri Wahyudi    (131134036)
Desti Listyaningsum               (131134186)
Mariyah                                   (131134188)
Nurmitasari                             (131134235)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kata value,yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi nilai, berasal dari bahasa Latin valere atau bahasa Prancis kuno valoir (Encyclopedia of Real Estate Terms, 2002). Valere, valoir, value, atau nilai memiliki makna denotatif yaitu dimaknai sebagai harga. Nilai sebagai hal yang abstrak, yang harganya mensifati dan disifatkan pada suatu hal dan cirri-cirinya dapat dilihat dari tingkah laku, memiliki kaitan dengan istilah fakta, tindakan, norma, moral, cita-cita, keyakinan, dan kebutuhan (Mulyana, 2004). Istilah-istilah tersebut mencerminkan kaitan sebagai proses yang menyatu sama lain dan tidak sebagai dua istilah yang terpisahkan.
Nilai memiliki peranan daya tarik serta dasar bagi tindakan manusia serta mendorong manusia untuk mewujudkan nilai-nilai yang ditemukan dalam tindakan-tindakannya. Nilai memegang peranan penting dalam setiap kehidupan manusia, karena nilai menjadi orientasi dalam setiap tindakan manusia. Nilai-nilai tersebut menjadi prinsip yang berlaku di suatu masyarakat tentang apa yang baik, benar dan berharga yang seharusnya dimiliki dan dicapai oleh  masyarakat. Seorang anak wajib menghargai dan menghormati orang tuanya. Ketika berbicara dengan orang tuanya, anak harus bersikap yang sopan dan bertutur kata yang santun. Orang tua juga wajib melindungi dan menyayangi anak-anaknya. Pola interaksi orangtua dan anak tersebut apabila dituntun dengan nilai maka akan menciptakan pola interaksi yang baik dan harmonis di keluarga.
Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan padadir seseorang. Ketika seorang mencangkul lahan sawahnya untuk ditanami padi, seorang guru merancang rencana pelaknaan pembelajaran, seorang pedagang menata tempat dagangannya, seorang politisi menghimpun kekuatan dukungannya, atau seorang ilmuan tengah menulis buku, semua itu merupakan perwujudan dari tindakan yang didasari oleh nilai-nilai yang berbeda. Dengan kata lain, nilai yang sesungguhnya hanya dapat lahir jika diwujudkan dalam praktik tindakan.
Nilai yang dianut oleh seseorang tidak serta merta selalu dikuti oleh adanya konsistensi tindakan. Sifat nilai yang tersembunyi, sementara tindakan yang dapat ditunjukan oleh bukti factual dapat melahirkan “pengumpatan/ pengucapan” nilai pada diri seseorang yang tidak konsisten. Nilai yang diucapkan  sesungguhnya bukan nilai miliknya, sedangkan nilai yang benar-benar miliknya adalah nilai yang tercermin dalam intensitas dannfrekuensi tindakannya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian nilai menurut Max Scheler?
2.      Bagaimana peranan nilai bagi tindakan manusia?
3.      Bagaimana peranan nilai bagi pembentukan diri manusia?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian nilai menurut Max Scheler.
2.      Mengetahui peranan nilai bagi tindakan manusia.
3.      Mengetahui peranan nilai bagi pembentukan diri manusia.
                                                                                                    













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Nilai
Nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung, dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang (Wahana, 2004). Nilai merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya. Itu merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman indrawi terlebih dahulu) (Max Scheler). Max Scheler berpendapat bahwa suatu nilai tidak dapat direduksikan atau dikembalikan pada ungkapan suatu perasaan.
B.     Peranan Nilai Bagi Tindakan Manusia

Nilai merupakan obyek sejati bagi tindakan merasakan yang terarah atau intensional.Isi nilai perasaan tersebut telah tersedia sebelum adanya tindakan kesadaran lainnya. Dalam setiap pengalaman termasuk memimpikan atau mengharapkan selalu ada pengalaman tentang nilai. Max Scheler membandingkan antara bagaimana nilai diberikan melalui perasaan terarah dengan bagaimana warna diberikan pada indra penglihatan, suara pada pendenganran dan konsep pada tindakan berpikir. Hal ini dapat dibandingkan dengan seseorang yang buta sejak lahir, tidak pernah mempunyai warna dalam pengalaman inderanya.
Hubungan antara keharusan ideal dan nilai secara mendasar ditentukan dua aksioma berikut ini: suatu nilai positif harus ada, sedangkan suatu nilai negative haru tidak ada. Keterjalinan dari aksioma ini tidaklah timbale balik, melainkan searah.Sesuai dengan aksioma tadi, hanya nilai dapat memiliki keberadaannya (ketidakberadaannya).Keberadaan nilai pada dasarnya dinyatakan tanpa tergantung pada keberadaanya secara eksistensial terwujud dalam realitas. Maka jika sesuatu tidak ada dan kita mengatakan bahwa sesuatu harus ada, maka sesuatu tersebut diketahui sebagai yang tidak eksis, namun dituntut untuk ada dalam realitas; dan jika kita mengatakan bahwa sesuatu harus tidak ada, maka sesuatu tersebut diketahui sebagai yang eksis, namun dituntut untuk tidak ada.
Tersedianya nilai positif memungkinkan orang menangkap dan merasakan nilai, serta mendorong bertindak untuk mewujudkan dalam realitas. Hal ini mendorong orang bertindak mewujudkan nilai yang lebih diutamakan daripada nilai lainnya yang dirasa lebih rendah. Tindakan merasakan adalah tindakan mempersepsi nilai mengungkap dunia secara unik dalam aktualitasnya yang dinamis. Sedangkan tindakan preferensi adalah sebagai kehadiran dinamis seseorang pada totaliotas dalam aktualitasnya yang dinamis. Mencinta merupakan sesuatu yang unik sebab cinta membuka kemungkinan yang berada di dalam diri yang dicintai. Secara mendasar cinta terarah pada nilai, cinta mengandaikan adanya nilai serta susuanan nilai yang hirearkis. Cinta terarah pada manusia sejauh manusia merupakan pembawa nilai serta memiliki kemungkinan untuk mewujudkan nilai yang luhur. Cinta merupakan gerakan intensional yang di dalamnya nilai yang lebih tinggi dapat diwujudkan berdasarkan nilai yang ada.
Nilai yang lebih tinggi tersebut tampak dalam gerakan cinta, memancar keluar dari dari aktualitas nilai potensial yang hadir. Gerakan ini merupakan tindakan kogintif atau perseptif, suatu keterbukaan yang menampakkan yang lain sebagai yang lebih daripada sekedar keadaannya secara empiris. Nilai yang lebih tinggi tampak dalam cinta tanpa memperbandingkan dengan nilai-nilai lainnya. Dalam cinta, nilai yang lebih tinggi tersebut memancar keluar untuk pertama kalinya. Nilai yang lebih tinggi tersebut tidak ada di sana sebelum atau di luar tindakan cinta tersebut. Keterarahan atau orientasi cinta menuju pada perwujudan nilai lebih tinggi yang belum teraktualisasikan secara konkret, orientasi itu sendiri adalah bernilai positif, yaitu orientasi yang terarah untuk mengatasi tingkat nilai yang lebih rendah.


2. Peranan Nilai Bagi Pembentukan Diri Manusia

Kodrat atau kedudukan khas manusia di dalam alam sedemikian tinggi, karena bukan hanya karena sekadar mampu memilih dan berpikir saja bahkan apabila kemampuan memilih dan berpikir tersebut secara kuantitatif ditingkatkan hingga tak terbatas. Manusia sebagai makhluk hidup memiliki keseluruhan kenyataan keberadaan psikis dari makhluk yang lebih rendah.Keseluruhan komplesk kehidupan psikis ini berpusat dalam diri manusia sebagai “aku”. Kegiatan “aku” dinamakan fungsi, seperti melihat, mencicipi, merasakan serta badani; fungsi berhubungan dengan lingkungan tubuh. Terpisah dari “aku” terdapat aspek lain dari manusia. Khususnya sebagai manusia, ia terangkat oleh suatu prinsip yang mengatasi secara keseluruhan bidang kehidupan, yang berada di atas lingkup psikologi eksperimental, serta di atas segala objektivikasi. Prinsip ini disebut roh (geist), pusat dalam diri manusia yang berhubungan dengan ini disebut person. Person secara total mengatasi realitas pusat-pusat psikis lebih rendah yang ada dalam diri manusia.
Max Scheler menentang dengan keras segala pandangan yang abstrak dan rasionalistik murni tentang person. Penelitiannya yang utama tentang etika nilsi material yang konkrit telah membawanya pada suatu kesadaran bahwa person adalah suatu ada yang merasakan nilai  konkrit serta eksis, yang tindakan tertingginya seluruhnya berada di atas serta mengatasi seluruh susunan persepsi indrawi serta hukum yuang menyatukannya. Person merupakan pusat spiritual yang berada dalam diri manusia.person bukan merupakan suatu substansi atau barang yang dapat diobjektivikasikan, bidang person hanya berada dalam pelaksanaan semua tindakan dengan wujud yang berbeda-beda. Keunikan setiap person individual membuat person bersangkutan, bertindak secara khusus terhadap person lainnya, misalnya mencinta, diwujudkan secara unik oleh setiap person.
Kodrat person manusia sukar dipahami, dan cara untuk memahaminya harus dilakukan dengan mempelajari tindakan manusia; dalam tindakannya person manusia mengungkapkan dirinya. Manusia sejauh sebagai person mampu mengatasi dirinya sebagai suatu organisme, serta mengubah dari pusat yang mengatasi dunia yang berada dalam ruang dan waktu, segala sesuatu(termasuk dirinya sendiri menjadi objek pengetahuan). Dengan demikian kita memahami bahwa manusia sebagai person berkembang dan berubah terus-menerus di dalam dan melalui tindakan-tindakannya. Secara konkrit segala tindakan tersebut terarah untuk merespon nilai yang ditemukan dan dirasakannya, yang mengandung suatu keharusan untuk mewujudkannya (terhadap nilai positif) serta untuk menghilangkannya (nilai negatif). Artinya nilai memiliki peran mengarahkan dan memberi daya tarik pada manusia dalam membentuk dirinya melalui tindakan-tindakannya.
               






BAB III
PENUTUP


Kesimpulan

1.      Pengertian nilai menurut Max Scheler adalah suatu kualitas yang tidak tergantung, dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang.suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya. Itu merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman indrawi terlebih dahulu).
2.      Peranan nilai bagi tindakan manusia adalah suatu tindakan yang baik tentu berlandaskan nilai yang baik pula. Cinta merupakan gerakan intensional yang di dalamnya terdapat nilai yang lebih tinggi dan dapat diwujudkan berdasarkan nilai yang ada. Suatu tindakan dapat memiliki nilai yang lebih tinggi bila diwujudkan dengan adanya cinta. Nilai yang sesungguhnya hanya dapat lahir jika diwujudkan dalam praktik tindakan.
3.      Peranan nilai bagi pembentukan diri manusia adalah manusia sebagai person berkembang dan berubah terus-menerus di dalam dan melalui tindakan-tindakannya. Secara konkrit segala tindakan tersebut terarah untuk merespon nilai yang ditemukan dan dirasakannya, yang mengandung suatu keharusan untuk mewujudkannya (terhadap nilai positif) serta untuk menghilangkannya (nilai negatif). Dengan demikian nilai memiliki peran mengarahkan dan memberi daya tarik pada manusia dalam membentuk dirinya melalui tindakan-tindakannya.

Daftar Referensi

Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Wahana, Paulus. 2004. Nilai (Etika Aksiologis Max Scheler). Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar