MAKALAH
PRESENTASI
Mata
Kuliah Pkn (PDW 2334)
“Peranan
Nilai Terhadap Tindakan Manusia”
Kelompok:
Irina
Susilaningrum (131134025)
Desti
Listyaningsum (131134186)
Mariyah (131134188)
Nurmitasari (131134235)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kata value,yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi nilai, berasal dari bahasa Latin valere atau bahasa Prancis kuno valoir
(Encyclopedia of Real Estate Terms, 2002). Valere, valoir, value, atau nilai memiliki
makna denotatif yaitu dimaknai sebagai harga. Nilai sebagai hal yang abstrak,
yang harganya mensifati dan disifatkan pada suatu hal dan cirri-cirinya dapat
dilihat dari tingkah laku, memiliki kaitan dengan istilah fakta, tindakan,
norma, moral, cita-cita, keyakinan, dan kebutuhan (Mulyana, 2004).
Istilah-istilah tersebut mencerminkan kaitan sebagai proses yang menyatu sama
lain dan tidak sebagai dua istilah yang terpisahkan.
Nilai memiliki peranan daya tarik serta dasar bagi
tindakan manusia serta mendorong manusia untuk mewujudkan nilai-nilai yang
ditemukan dalam tindakan-tindakannya. Nilai
memegang peranan penting dalam setiap kehidupan
manusia, karena nilai menjadi orientasi dalam setiap tindakan manusia.
Nilai-nilai tersebut menjadi prinsip yang berlaku di suatu masyarakat tentang
apa yang baik, benar dan berharga yang seharusnya dimiliki dan dicapai
oleh masyarakat. Seorang anak wajib menghargai dan menghormati orang
tuanya. Ketika berbicara dengan orang tuanya, anak harus bersikap yang sopan
dan bertutur kata yang santun.
Orang tua juga wajib melindungi dan menyayangi anak-anaknya. Pola interaksi orangtua
dan anak tersebut apabila dituntun dengan nilai maka akan menciptakan pola
interaksi yang baik dan harmonis di keluarga.
Nilai merupakan sesuatu
yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan padadir seseorang. Ketika seorang
mencangkul lahan sawahnya untuk ditanami padi, seorang guru merancang rencana
pelaknaan pembelajaran, seorang pedagang menata tempat dagangannya, seorang
politisi menghimpun kekuatan dukungannya, atau seorang ilmuan tengah menulis
buku, semua itu merupakan perwujudan dari tindakan yang didasari oleh
nilai-nilai yang berbeda. Dengan kata lain, nilai yang sesungguhnya hanya dapat
lahir jika diwujudkan dalam praktik tindakan.
Nilai yang dianut oleh seseorang tidak serta merta
selalu dikuti oleh adanya konsistensi tindakan. Sifat nilai yang tersembunyi,
sementara tindakan yang dapat ditunjukan oleh bukti factual dapat melahirkan
“pengumpatan/ pengucapan” nilai pada diri seseorang yang tidak konsisten. Nilai
yang diucapkan sesungguhnya bukan nilai
miliknya, sedangkan nilai yang benar-benar miliknya adalah nilai yang tercermin
dalam intensitas dannfrekuensi tindakannya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian nilai menurut Max Scheler?
2.
Bagaimana
peranan nilai bagi tindakan manusia?
3.
Bagaimana
peranan nilai bagi pembentukan diri manusia?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian nilai menurut Max Scheler.
2.
Mengetahui
peranan nilai bagi tindakan manusia.
3.
Mengetahui
peranan nilai bagi pembentukan diri manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Nilai
Nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung, dan
tidak berubah seiring dengan perubahan barang (Wahana, 2004). Nilai merupakan
suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya. Itu merupakan kualitas
apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman indrawi
terlebih dahulu) (Max Scheler). Max Scheler berpendapat bahwa suatu nilai tidak
dapat direduksikan atau dikembalikan pada ungkapan suatu perasaan.
B.
Peranan
Nilai Bagi Tindakan Manusia
Nilai merupakan obyek sejati bagi tindakan merasakan
yang terarah atau intensional.Isi nilai perasaan tersebut telah tersedia
sebelum adanya tindakan kesadaran lainnya. Dalam setiap pengalaman termasuk
memimpikan atau mengharapkan selalu ada pengalaman tentang nilai. Max Scheler
membandingkan antara bagaimana nilai diberikan melalui perasaan terarah dengan
bagaimana warna diberikan pada indra penglihatan, suara pada pendenganran dan
konsep pada tindakan berpikir. Hal ini dapat dibandingkan dengan seseorang yang
buta sejak lahir, tidak pernah mempunyai warna dalam pengalaman inderanya.
Hubungan antara keharusan ideal dan nilai secara
mendasar ditentukan dua aksioma berikut ini: suatu nilai positif harus ada,
sedangkan suatu nilai negative haru tidak ada. Keterjalinan dari aksioma ini
tidaklah timbale balik, melainkan searah.Sesuai dengan aksioma tadi, hanya
nilai dapat memiliki keberadaannya (ketidakberadaannya).Keberadaan nilai pada
dasarnya dinyatakan tanpa tergantung pada keberadaanya secara eksistensial
terwujud dalam realitas. Maka jika sesuatu tidak ada dan kita mengatakan bahwa
sesuatu harus ada, maka sesuatu tersebut diketahui sebagai yang tidak eksis,
namun dituntut untuk ada dalam realitas; dan jika kita mengatakan bahwa sesuatu
harus tidak ada, maka sesuatu tersebut diketahui sebagai yang eksis, namun
dituntut untuk tidak ada.
Tersedianya nilai positif memungkinkan orang menangkap
dan merasakan nilai, serta mendorong bertindak untuk mewujudkan dalam realitas.
Hal ini mendorong orang bertindak mewujudkan nilai yang lebih diutamakan
daripada nilai lainnya yang dirasa lebih rendah. Tindakan merasakan adalah
tindakan mempersepsi nilai mengungkap dunia secara unik dalam aktualitasnya
yang dinamis. Sedangkan tindakan preferensi adalah sebagai kehadiran dinamis
seseorang pada totaliotas dalam aktualitasnya yang dinamis. Mencinta merupakan
sesuatu yang unik sebab cinta membuka kemungkinan yang berada di dalam diri
yang dicintai. Secara mendasar cinta terarah pada nilai, cinta mengandaikan
adanya nilai serta susuanan nilai yang hirearkis. Cinta terarah pada manusia
sejauh manusia merupakan pembawa nilai serta memiliki kemungkinan untuk
mewujudkan nilai yang luhur. Cinta merupakan gerakan intensional yang di
dalamnya nilai yang lebih tinggi dapat diwujudkan berdasarkan nilai yang ada.
Nilai yang lebih tinggi tersebut tampak dalam gerakan
cinta, memancar keluar dari dari aktualitas nilai potensial yang hadir. Gerakan
ini merupakan tindakan kogintif atau perseptif, suatu keterbukaan yang
menampakkan yang lain sebagai yang lebih daripada sekedar keadaannya secara
empiris. Nilai yang lebih tinggi tampak dalam cinta tanpa memperbandingkan
dengan nilai-nilai lainnya. Dalam cinta, nilai yang lebih tinggi tersebut
memancar keluar untuk pertama kalinya. Nilai yang lebih tinggi tersebut tidak
ada di sana sebelum atau di luar tindakan cinta tersebut. Keterarahan atau
orientasi cinta menuju pada perwujudan nilai lebih tinggi yang belum
teraktualisasikan secara konkret, orientasi itu sendiri adalah bernilai
positif, yaitu orientasi yang terarah untuk mengatasi tingkat nilai yang lebih
rendah.
2. Peranan Nilai Bagi Pembentukan Diri Manusia
Kodrat atau kedudukan khas manusia di dalam alam
sedemikian tinggi, karena bukan hanya karena sekadar mampu memilih dan berpikir
saja bahkan apabila kemampuan memilih dan berpikir tersebut secara kuantitatif
ditingkatkan hingga tak terbatas. Manusia sebagai makhluk hidup memiliki
keseluruhan kenyataan keberadaan psikis dari makhluk yang lebih
rendah.Keseluruhan komplesk kehidupan psikis ini berpusat dalam diri manusia
sebagai “aku”. Kegiatan “aku” dinamakan fungsi, seperti melihat, mencicipi,
merasakan serta badani; fungsi berhubungan dengan lingkungan tubuh. Terpisah
dari “aku” terdapat aspek lain dari manusia. Khususnya sebagai manusia, ia
terangkat oleh suatu prinsip yang mengatasi secara keseluruhan bidang kehidupan,
yang berada di atas lingkup psikologi eksperimental, serta di atas segala
objektivikasi. Prinsip ini disebut roh (geist), pusat dalam diri manusia yang
berhubungan dengan ini disebut person. Person secara total mengatasi realitas
pusat-pusat psikis lebih rendah yang ada dalam diri manusia.
Max Scheler menentang dengan keras segala pandangan
yang abstrak dan rasionalistik murni tentang person. Penelitiannya yang utama
tentang etika nilsi material yang konkrit telah membawanya pada suatu kesadaran
bahwa person adalah suatu ada yang merasakan nilai konkrit serta eksis, yang tindakan
tertingginya seluruhnya berada di atas serta mengatasi seluruh susunan persepsi
indrawi serta hukum yuang menyatukannya. Person merupakan pusat spiritual yang
berada dalam diri manusia.person bukan merupakan suatu substansi atau barang
yang dapat diobjektivikasikan, bidang person hanya berada dalam pelaksanaan
semua tindakan dengan wujud yang berbeda-beda. Keunikan setiap person
individual membuat person bersangkutan, bertindak secara khusus terhadap person
lainnya, misalnya mencinta, diwujudkan secara unik oleh setiap person.
Kodrat person manusia sukar dipahami, dan cara untuk
memahaminya harus dilakukan dengan mempelajari tindakan manusia; dalam
tindakannya person manusia mengungkapkan dirinya. Manusia sejauh sebagai person
mampu mengatasi dirinya sebagai suatu organisme, serta mengubah dari pusat yang
mengatasi dunia yang berada dalam ruang dan waktu, segala sesuatu(termasuk
dirinya sendiri menjadi objek pengetahuan). Dengan demikian kita memahami bahwa
manusia sebagai person berkembang dan berubah terus-menerus di dalam dan
melalui tindakan-tindakannya. Secara konkrit segala tindakan tersebut terarah
untuk merespon nilai yang ditemukan dan dirasakannya, yang mengandung suatu
keharusan untuk mewujudkannya (terhadap nilai positif) serta untuk
menghilangkannya (nilai negatif). Artinya nilai memiliki peran mengarahkan dan
memberi daya tarik pada manusia dalam membentuk dirinya melalui
tindakan-tindakannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Pengertian
nilai menurut Max Scheler adalah suatu kualitas yang tidak tergantung, dan
tidak berubah seiring dengan perubahan barang.suatu kualitas yang tidak
tergantung pada pembawanya. Itu merupakan kualitas apriori (yang telah dapat
dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman indrawi terlebih dahulu).
2.
Peranan
nilai bagi tindakan manusia adalah suatu tindakan yang baik tentu berlandaskan
nilai yang baik pula. Cinta merupakan gerakan intensional yang di dalamnya
terdapat nilai yang lebih tinggi dan dapat diwujudkan berdasarkan nilai yang
ada. Suatu tindakan dapat memiliki nilai yang lebih tinggi bila diwujudkan
dengan adanya cinta. Nilai yang
sesungguhnya hanya dapat lahir jika diwujudkan dalam praktik tindakan.
3.
Peranan
nilai bagi pembentukan diri manusia adalah manusia sebagai person berkembang
dan berubah terus-menerus di dalam dan melalui tindakan-tindakannya. Secara
konkrit segala tindakan tersebut terarah untuk merespon nilai yang ditemukan
dan dirasakannya, yang mengandung suatu keharusan untuk mewujudkannya (terhadap
nilai positif) serta untuk menghilangkannya (nilai negatif). Dengan demikian
nilai memiliki peran mengarahkan dan memberi daya tarik pada manusia dalam
membentuk dirinya melalui tindakan-tindakannya.
Daftar
Referensi
Mulyana,
Rohmat. 2004. Mengartikulasikan
Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Wahana,
Paulus. 2004. Nilai (Etika Aksiologis Max
Scheler). Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar